4 November 2011 - 22:42 WIB [BBC INDONESIA] Angkatan Laut Israel mencegat dan memasuki dua kapal yang mencoba menerobos blokade atas Jalur Gaza.<<>> 4 November 2011 - 21:45 WIB [BBC INDONESIA] Pemerintah Suriah meminta agar semua warga menyerahkan senjata dan sebagai imbalan akan mendapat amnesti.<<>> 4 November 2011 - 23:04 WIB [Liputan6.com] Lebih dari satu juta hewan yang tersebar di Darfur dan Kordofa Selatan mendapatkan vaksinasi. Hewan yang divaksin antara lain sapi, kambing, unta, kuda, dan keledai. Vaksin ini untuk mencegah kematian akibat infeksi bakteri mematikan seperti antraks.<<>>

Kamis, 03 November 2011

Sejarah Nabi Adam dan Indonesia

DI buku Babad Tanah Jawi, Nabi Adam diturunkan di tanah Jawa dan kelak menurunkan raja-raja di sini. Ia berputra Nabi Sis; Sis berputra Nurcahya; Nurcahya berputra Nurasa; Nurasa berputra Sanghyang Wening; Sanghyang Wening berputra Sanghyang Tunggal; Sanghyang Tunggal berputra Batara Guru.



Batara Guru punya ''simpanan'' putri Kerajaan Mendang, dan dari situlah bermula skandal asmara. Salah seorang di antara lima anaknya, yakni Batara Wisnu, kelayapan ke negeri Mendang dan jatuh cinta kepada ''simpanan'' ayahnya. Ia mengawini putri simpanan itu (Batara Wisnu tidak tahu ayahnya punya simpanan; ia menduga bahwa ayahnya adalah suami yang lurus-lurus saja). Ayahnya marah. Batara Wisnu kemudian pergi meninggalkan istri yang baru dikawininya dan bertapa di bawah beringin yang berjajar tujuh batang.

Dan seterusnya, babad ini menuturkan sejarah para raja dan skandal demi skandal yang terjadi turun-temurun. Setelah silsilah Nabi Adam, kisah dibuka dengan Prabu Watu Gunung, penguasa Giling Wesi, yang sedang tidur-tiduran di kursi gading. Bekas luka di kepalanya terlihat oleh Dewi Sinta, istri tua sang raja. Dari situ Dewi Sinta tahu bahwa suaminya tidak lain adalah anaknya sendiri, yang ia pukul dengan centong nasi di waktu kecil dan tak pulang-pulang sejak itu. Atas akal-akalan Dewi Sinta, yang menyarankan suaminya memperistri bidadari, Prabu Watu Gunung dibinasakan oleh Batara Wisnu. Dewi Sinta terbebas dari rumah tangga yang ruwet.

Lalu, Kerajaan Majapahit didirikan oleh Raden Sesuruh, pangeran negeri Galuh yang mengembara ke Timur karena kerajaannya ditaklukkan oleh Pajajaran. Di antara raja-raja penerusnya, ada salah satu yang kawin dengan Putri China, dan itu membikin istri tuanya, Putri Cempa, cemburu. Lantas, Putri China diberikan kepada Arya Damar dengan pesan, ''Jangan ditiduri dulu karena sedang mengandung.''

Arya Damar setuju. Ia membawa Putri China ke Palembang dan menjadi raja di sana. Anak dalam kandungan Putri China lahir dan kelak menyeberang lagi ke tanah Jawa untuk mendirikan Kerajaan Demak. Nama anak itu Raden Patah.

SILSILAH ( NASAB ) RADEN FATAH

1. Bin Sang Nabi Adam AS
2. Bin Sang Nabi Sis AS
3. Bin Sang Yang Nurcaya
4. Bin Sang Yang Nurasa
5. Bin Sang Yang Wenang
6. Bin Sang Yang Wining
7. Bin Sang Yang Tunggal
8. Bin Yang Guru
9. Bin Yang Wisnu
10. Bin Yang Srikati
11. Bin Yang Terustili
12. Bin Yang Marigenah
13. Bin Yang Manonmanasa
14. Bin Yang Suta Pa
15. Bin Yang Sakutrem
16. Bin yang Sakri
17. Bin Yang Palasara
18. Bin Yang Abiyasa
19. Bin Yang Pandu
20. Bin Yang Ardjuna
21. Bin Yang Angkawidjaya
22. Bin Yang Parikesit
23. Bin Yang Udayanah
24. Bin Yang Djayadarma
25. Bin Yang Djayaamidjaya
26. Bin Yang Gendrayana
27. Bin Yang Sumawitjitra
28. Bin Yang Tjitakusuma
29. Bin Yang Pantjadriya
30. Bin yang Seladjalu
31. Bin Yang Srimapanggung
32. Bin Yang Gendiawan
33. Bin Yang Resigentayu
34. Bin Yang Lembuamiluhur
35. Bin Yang Tebu
36. Bin Raden Rawis Rengga Djenggala
37. Bin Ratu Laila Bandjaran
38. Bin Mundisari Padjadjaran
39. Bin Mundiwangi Padjadjaran
40. Bin Raden Sesuruh Madjalengka
41. Bin Karta Widjaya Madjapahit
42. Raden Fatah


Pada waktu itu di Majapahit ada tumenggung bernama Wila Tikta. Ia berputra seorang pejudi bernama Jaka Said. Jika kalah berjudi, Said menjadi penyamun. Oleh Sunan Bonang, pemuda itu disuruh bertapa di tepi kali. Karena itulah, ia selanjutnya dikenal dengan nama Sunan Kalijaga. Riwayat hidupnya pernah dibikin film dan makamnya sekarang banyak dikunjungi orang.

Tahun berganti, dinasti-dinasti datang dan pergi, skandal datang dan datang lagi. Jaka Tingkir mengalahkan 40 buaya dan menjadi menantu sultan Demak. Di negara Demak ini ada seseorang yang mahir menangkap petir, yaitu Ki Ageng Selo. Ia menangkap petir dan melepaskan lagi tangkapannya. Karena dilepaskan itulah si petir bisa berumah tangga dan punya anak. Anda tahu, namanya Gundala Putra Petir.

Adapun mengenai Jaka Tingkir, ia akhirnya menjadi raja dan memindahkan kerajaannya ke Pajang. Anak angkatnya, Raden Ngabehi Loring Pasar, menaklukkan Pajang sepeninggal Jaka Tingkir. Pemuda Loring Pasar ini mendirikan Mataram dan mengubah namanya menjadi Panembahan Senopati karena sudah tidak lagi tinggal di utara pasar. Untuk memperkuat pemerintahannya, Senopati memperistri jin penguasa lautan, yakni Nyai Roro Kidul. Bu Nyai memegang hak monopoli atas warna hijau. Konon, ia tak suka jika Anda pergi ke Pantai Parangtritis mengenakan pakaian warna hijau. Bisa dilalap ombak, Sampean.

Seiring dengan berkembangnya intrik dan gairah berkuasa, Mataram pecah menjadi dua; dan masing-masing pecahan itu pecah lagi menjadi dua. Trunojoyo melakukan pemberontakan terhadap Mataram dan akhirnya bisa dibujuk untuk menyerah. Setelah tunduk, ia dibunuh; hatinya dicacah dan dibagi-bagikan kepada para bupati dan dimakan bersama-sama. Kepalanya dijadikan keset.

Janda Trunojoyo, setelah bisa mengatasi kesedihannya, punya suami lagi dan pasangan baru ini punya anak bernama Sukra, yang tampan sejak kecil dan tumbuh menjadi pemuda paling tampan di Kartasura. Raden Adipati Anom, pangeran yang tidak tampan, memerintahkan agar Sukra ditangkap. ''Masukkan semut ke dalam matanya,'' titahnya. Berdasar adegan ini, Goenawan Mohamad menulis puisi panjang berjudul Penangkapan Sukra.

Kompeni masuk, lalu berkuasa. Inggris masuk, berkuasa juga. Mereka sama-sama suka mabuk dan saling menghina. Orang-orang pribumi mendapatkan keuntungan besar atas kehadiran dua rombongan pemabuk itu: mereka menjadi penghina bayaran. Jika kompeni ingin menghina Inggris, mereka membayar pribumi. Jika orang Inggris ingin menghina kompeni, mereka membayar pribumi. Seorang China pembuat arak menggangsir terowongan bersama dua temannya untuk mengambil roti dan barang-barang berharga yang ada di dalam benteng kompeni. Mereka tersandung dan mati terbakar oleh obor yang mereka bawa.

Babad Tanah Jawi berhenti sampai tahun 1647. Mengenai pemerintahan raja-raja selanjutnya, mau tak mau saya harus melanjutkan sendiri dengan versi saya.

Singkat kata, meskipun Belanda kalah melulu di Eropa dan bolak-balik diduduki -oleh Spanyol, Jerman, dan Perancis- kompeni tetap menguasai Nusantara dan mengontrol separo dunia dari Batavia. Gubernur Jenderal Jan Pieterzoon Coen mati sakit perut karena kanal-kanal di Batavia penuh sampah dan tahi.

Asia bangkit di paro pertama abad ke-20. Tentara-tentara kate datang dan mengaku-aku sebagai saudara tua, tetapi tabiat mereka tak ubahnya saudara tiri dalam cerita-cerita penindasan. Amerika Serikat menghancurkan Hiroshima dan Nagasaki dengan bom atom. Muncul negara baru, Indonesia namanya.

Para bupati dan adipati mula-mula tidak setuju dengan kemerdekaan Indonesia. Bung Karno membuat kesepakatan bahwa kekuasaan mereka tidak akan diutak-atik di bawah pemerintahan Indonesia. Mereka pun mau mendukung kemerdekaan.

Bung Karno menjadi presiden pertama dan memerintah 21 tahun. Pemerintahannya goyah oleh inflasi dan diruntuhkan oleh peristiwa berdarah. Terjadi pemotongan nilai mata uang saat itu: seribu rupiah menjadi satu rupiah. Pak Harto disambut sebagai pemimpin baru. Ia memerintah 32 tahun, tenang dan mencekam. Timor Timur dicaplok dan menjadi masalah terus-menerus. Di pengujung pemerintahannya, para aktivis diculik, sebagian dilepas dan sebagian ditumpas. Beberapa mahasiswa dan demonstran tewas ditembak.

Ketika Pak Harto dipaksa turun, Pak Habibie meneruskan pemerintahannya. Timor Timur merdeka; skandal Bank Bali meledak pada masa ini dan kita mendengar istilah ''Golkar Hitam'' dan ''Golkar Putih'', entah apa bedanya. Pelaku-pelaku penting dalam skandal itu tak mendapatkan sanksi. Para politikus tetap menjadi politikus. Golkar Hitam dan Putih melebur lagi diam-diam menjadi ''Golkar Baru''.

Lalu, Gus Dur memerintah, hanya dua tahun, tetapi riuh sekali dan banyak guyon. Tukang pijit masuk istana dan menjadi orang penting dalam pemerintahan; skandal Bulog melemahkan posisinya. Presiden Gus Dur diturunkan di tengah jalan dan diganti oleh Wakil Presiden Megawati. Putri Bung Karno ini sangat pendiam ketika menjadi presiden; ia sama sekali tidak mewarisi kepintaran berpidato bapaknya. Dalam pemilihan presiden langsung yang digelar untuk kali pertama, ia kalah oleh SBY.

Pak Beye memerintah lima tahun bersama Jusuf Kalla. lima tahun kemudian Pak SBY kembali memimpin Indonesia dgn wakilnya Budiono. Selamat menikmati. (*)
Read More... Sejarah Nabi Adam dan Indonesia

Asal Usul Nama Indonesia

PADA zaman purba, kepulauan tanah air kita disebut dengan aneka nama. Dalam catatan bangsa Tionghoa kawasan kepulauan kita dinamai Nan-hai (Kepulauan Laut Selatan). Berbagai catatan kuno bangsa India menamai kepulauan ini Dwipantara (Kepulauan Tanah Seberang), nama yang diturunkan dari kata Sansekerta dwipa (pulau) dan antara (luar, seberang). Kisah Ramayana karya pujangga Valmiki yang termasyhur itu menceritakan pencarian terhadap Sinta, istri Rama yang diculik Ravana, sampai ke Suwarnadwipa (Pulau Emas, yaitu Sumatra sekarang) yang terletak di Kepulauan Dwipantara.



Bangsa Arab menyebut tanah air kita Jaza’ir al-Jawi (Kepulauan Jawa). Nama Latin untuk kemenyan adalah benzoe, berasal dari bahasa Arab luban jawi (kemenyan Jawa), sebab para pedagang Arab memperoleh kemenyan dari batang pohon Styrax sumatrana yang dahulu hanya tumbuh di Sumatra. Sampai hari ini jemaah haji kita masih sering dipanggil “Jawa” oleh orang Arab. Bahkan orang Indonesia luar Jawa sekalipun. “Samathrah, Sholibis, Sundah, kulluh Jawi (Sumatra, Sulawesi, Sunda, semuanya Jawa)” kata seorang pedagang di Pasar Seng, Mekah.

Lalu tibalah zaman kedatangan orang Eropa ke Asia. Bangsa-bangsa Eropa yang pertama kali datang itu beranggapan bahwa Asia hanya terdiri dari Arab, Persia, India, dan Cina. Bagi mereka, daerah yang terbentang luas antara Persia dan Cina semuanya adalah “Hindia”. Semenanjung Asia Selatan mereka sebut “Hindia Muka” dan daratan Asia Tenggara dinamai “Hindia Belakang”. Sedangkan tanah air kita memperoleh nama “Kepulauan Hindia” (Indische Archipel, Indian Archipelago, l’Archipel Indien) atau “Hindia Timur” (Oost Indie, East Indies, Indes Orientales). Nama lain yang juga dipakai adalah “Kepulauan Melayu” (Maleische Archipel, Malay Archipelago, l’Archipel Malais).

Ketika tanah air kita terjajah oleh bangsa Belanda, nama resmi yang digunakan adalah Nederlandsch- Indie (Hindia Belanda), sedangkan pemerintah pendudukan Jepang 1942-1945 memakai istilah To-Indo (Hindia Timur). Eduard Douwes Dekker (1820-1887), yang dikenal dengan nama samaran Multatuli, pernah mengusulkan nama yang spesifik untuk menyebutkan kepulauan tanah air kita, yaitu Insulinde, yang artinya juga “Kepulauan Hindia” (bahasa Latin insula berarti pulau). Tetapi rupanya nama Insulinde ini kurang populer. Bagi orang Bandung, Insulinde mungkin cuma dikenal sebagai nama toko buku yang pernah ada di Jalan Otista.

Pada tahun 1920-an, Ernest Francois Eugene Douwes Dekker (1879-1950), yang kita kenal sebagai Dr. Setiabudi (beliau adalah cucu dari adik Multatuli), memopulerkan suatu nama untuk tanah air kita yang tidak mengandung unsur kata “India”. Nama itu tiada lain adalah Nusantara, suatu istilah yang telah tenggelam berabad-abad lamanya. Setiabudi mengambil nama itu dari Pararaton, naskah kuno zaman Majapahit yang ditemukan di Bali pada akhir abad ke-19 lalu diterjemahkan oleh J.L.A. Brandes dan diterbitkan oleh Nicholaas Johannes Krom pada tahun 1920.

Namun perlu dicatat bahwa pengertian Nusantara yang diusulkan Setiabudi jauh berbeda dengan pengertian, nusantara zaman Majapahit. Pada masa Majapahit Nusantara digunakan untuk menyebutkan pulau-pulau di luar Jawa (antara dalam bahasa Sansekerta artinya luar, seberang) sebagai lawan dari Jawadwipa (Pulau Jawa). Kita tentu pernah mendengar Sumpah Palapa dari Gajah Mada, “Lamun huwus kalah nusantara, isun amukti palapa” (Jika telah kalah pulau-pulau seberang, barulah saya menikmati istirahat). Oleh Dr. Setiabudi kata nusantara zaman Majapahit yang berkonotasi jahiliyah itu diberi pengertian yang nasionalistis. Dengan mengambil kata Melayu asli antara, maka Nusantara kini memiliki arti yang baru yaitu “nusa di antara dua benua dan dua samudra”, sehingga Jawa pun termasuk dalam definisi nusantara yang modern. Istilah nusantara dari Setiabudi ini dengan cepat menjadi populer penggunaannya sebagai alternatif dari nama Hindia Belanda.

Sampai hari ini istilah nusantara tetap kita pakai untuk menyebutkan wilayah tanah air kita dari Sabang sampai Merauke. Tetapi nama resmi bangsa dan negara kita adalah Indonesia. Kini akan kita telusuri dari mana gerangan nama yang sukar bagi lidah Melayu ini muncul.

Nama Indonesia

Pada tahun 1847 di Singapura terbit sebuah majalah ilmiah tahunan, Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia (JIAEA), yang dikelola oleh James Richardson Logan (1819-1869), orang Skotlandia yang meraih sarjana hukum dari Universitas Edinburgh. Kemudian pada tahun 1849 seorang ahli etnologi bangsa Inggris, George Samuel Windsor Earl (1813-1865), menggabungkan diri sebagai redaksi majalah JIAEA.

Dalam JIAEA Volume IV tahun 1850, halaman 66-74, Earl menulis artikel On the Leading Characteristics of the Papuan, Australian and Malay-Polynesian Nations. Dalam artikelnya itu Earl menegaskan bahwa sudah tiba saatnya bagi penduduk Kepulauan Hindia atau Kepulauan Melayu untuk memiliki nama khas (a distinctive name), sebab nama Hindia tidaklah tepat dan sering rancu dengan penyebutan India yang lain. Earl mengajukan dua pilihan nama: Indunesia atau Malayunesia (nesos dalam bahasa Yunani berarti pulau). Pada halaman 71 artikelnya itu tertulis: … the inhabitants of the Indian Archipelago or Malayan Archipelago would become respectively Indunesians or Malayunesians.

Earl sendiri menyatakan memilih nama Malayunesia (Kepulauan Melayu) daripada Indunesia (Kepulauan Hindia), sebab Malayunesia sangat tepat untuk ras Melayu, sedangkan Indunesia bisa juga digunakan untuk Ceylon (Srilanka) dan Maldives (Maladewa). Lagi pula, kata Earl, bukankah bahasa Melayu dipakai di seluruh kepulauan ini? Dalam tulisannya itu Earl memang menggunakan istilah Malayunesia dan tidak memakai istilah Indunesia.

Dalam JIAEA Volume IV itu juga, halaman 252-347, James Richardson Logan menulis artikel The Ethnology of the Indian Archipelago. Pada awal tulisannya, Logan pun menyatakan perlunya nama khas bagi kepulauan tanah air kita, sebab istilah “Indian Archipelago” terlalu panjang dan membingungkan. Logan memungut nama Indunesia yang dibuang Earl, dan huruf u digantinya dengan huruf o agar ucapannya lebih baik. Maka lahirlah istilah Indonesia.

Untuk pertama kalinya kata Indonesia muncul di dunia dengan tercetak pada halaman 254 dalam tulisan Logan: Mr. Earl suggests the ethnographical term Indunesian, but rejects it in favour of Malayunesian. I prefer the purely geographical term Indonesia, which is merely a shorter synonym for the Indian Islands or the Indian Archipelago. Ketika mengusulkan nama “Indonesia” agaknya Logan tidak menyadari bahwa di kemudian hari nama itu akan menjadi nama bangsa dan negara yang jumlah penduduknya peringkat keempat terbesar di muka bumi!

Sejak saat itu Logan secara konsisten menggunakan nama “Indonesia” dalam tulisan-tulisan ilmiahnya, dan lambat laun pemakaian istilah ini menyebar di kalangan para ilmuwan bidang etnologi dan geografi. Pada tahun 1884 guru besar etnologi di Universitas Berlin yang bernama Adolf Bastian (1826-1905) menerbitkan buku Indonesien oder die Inseln des Malayischen Archipel sebanyak lima volume, yang memuat hasil penelitiannya ketika mengembara ke tanah air kita tahun 1864 sampai 1880. Buku Bastian inilah yang memopulerkan istilah “Indonesia” di kalangan sarjana Belanda, sehingga sempat timbul anggapan bahwa istilah “Indonesia” itu ciptaan Bastian. Pendapat yang tidak benar itu, antara lain tercantum dalam Encyclopedie van Nederlandsch- Indie tahun 1918. Padahal Bastian mengambil istilah “Indonesia” itu dari tulisan-tulisan Logan.

Putra ibu pertiwi yang mula-mula menggunakan istilah “Indonesia” adalah Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara). Ketika di buang ke negeri Belanda tahun 1913 beliau mendirikan sebuah biro pers dengan nama Indonesische Pers-bureau.

Makna Politis

Pada dasawarsa 1920-an, nama “Indonesia” yang merupakan istilah ilmiah dalam etnologi dan geografi itu diambil alih oleh tokoh-tokoh pergerakan kemerdekaan tanah air kita, sehingga nama “Indonesia” akhirnya memiliki makna politis, yaitu identitas suatu bangsa yang memperjuangkan kemerdekaan! Akibatnya pemerintah Belanda mulai curiga dan waspada terhadap pemakaian kata ciptaan Logan itu.

Pada tahun 1922 atas inisiatif Mohammad Hatta, seorang mahasiswa Handels Hoogeschool (Sekolah Tinggi Ekonomi) di Rotterdam, organisasi pelajar dan mahasiswa Hindia di Negeri Belanda (yang terbentuk tahun 1908 dengan nama Indische Vereeniging) berubah nama menjadi Indonesische Vereeniging atau Perhimpoenan Indonesia. Majalah mereka, Hindia Poetra, berganti nama menjadi Indonesia Merdeka.

Bung Hatta menegaskan dalam tulisannya, “Negara Indonesia Merdeka yang akan datang (de toekomstige vrije Indonesische staat) mustahil disebut “Hindia Belanda”. Juga tidak “Hindia” saja, sebab dapat menimbulkan kekeliruan dengan India yang asli. Bagi kami nama Indonesia menyatakan suatu tujuan politik (een politiek doel), karena melambangkan dan mencita-citakan suatu tanah air di masa depan, dan untuk mewujudkannya tiap orang Indonesia (Indonesier) akan berusaha dengan segala tenaga dan kemampuannya.”

Sementara itu, di tanah air Dr. Sutomo mendirikan Indonesische Studie Club pada tahun 1924. Tahun itu juga Perserikatan Komunis Hindia berganti nama menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI). Lalu pada tahun 1925 Jong Islamieten Bond membentuk kepanduan Nationaal Indonesische Padvinderij (Natipij). Itulah tiga organisasi di tanah air yang mula-mula menggunakan nama “Indonesia”. Akhirnya nama “Indonesia” dinobatkan sebagai nama tanah air, bangsa dan bahasa kita pada Kerapatan Pemoeda-Pemoedi Indonesia tanggal 28 Oktober 1928, yang kini kita sebut Sumpah Pemuda.

Pada bulan Agustus 1939 tiga orang anggota Volksraad (Dewan Rakyat; DPR zaman Belanda), Muhammad Husni Thamrin, Wiwoho Purbohadidjojo, dan Sutardjo Kartohadikusumo, mengajukan mosi kepada Pemerintah Belanda agar nama “Indonesia” diresmikan sebagai pengganti nama “Nederlandsch- Indie”. Tetapi Belanda keras kepala sehingga mosi ini ditolak mentah-mentah.

Maka kehendak Allah pun berlaku. Dengan jatuhnya tanah air kita ke tangan Jepang pada tanggal 8 Maret 1942, lenyaplah nama “Hindia Belanda” untuk selama-lamanya. Lalu pada tanggal 17 Agustus 1945, atas berkat rahmat Allah Yang Mahakuasa, lahirlah Republik Indonesia.
Read More... Asal Usul Nama Indonesia

Ketupat Menurut Filosofi Jawa

Darimana sebenarnya asal-usul ketupat ? siapa pertama kali yang menemukan dan mempopulerkan ketupat? Seperti tradisi-tradisi lain di indonesia pasti memiliki,sejarah latar belakang, tidak jarang ada makna filosofi dari tradisi-tradisi tersebut. bagaimana dengan ketupat? mari kita simak hasil penelusuran di google berikut ini :


Umumnya ketupat identik sebagai hidangan spesial lebaran, tradisi ketupat ini diperkirakan berasal dari saat Islam masuk ke tanah Jawa. Dalam sejarah, Sunan Kalijaga adalah orang yang pertama kali memperkenalkannya pada masyarakat Jawa. Beliau membudayakan dua kali Bakda, yaitu Bakda Lebaran dan Bakda Kupat. Bakda Kupat dimulai seminggu sesudah Lebaran. Pada hari yang disebut Bakda Kupat tersebut, di tanah Jawa waktu itu hampir setiap rumah terlihat menganyam ketupat dari daun kelapa muda. Setelah sudah selesai dimasak, kupat tersebut diantarkan ke kerabat yang lebih tua, menjadi sebuah lambang kebersamaan.


Ketupat sendiri menurut para ahli memiliki beberapa arti, diantaranya adalah mencerminkan berbagai macam kesalahan manusia, dilihat dari rumitnya anyaman bungkus ketupat. Yang kedua, mencerminkan kebersihan dan kesucian hati setelah mohon ampun dari segala kesalahan, dilihat dari warna putih ketupat jika dibelah dua. Yang ketiga mencerminkan kesempurnaan, jika dilihat dari bentuk ketupat. Semua itu dihubungkan dengan kemenangan umat Muslim setelah sebulan lamanya berpuasa dan akhirnya menginjak hari yang fitri.

Rupa (jenis-jenis) Ketupat Indonesia
Ketupat atau Kupat adalah hidangan khas Asia Tenggara yang dibuat dari beras. Beras ini dimasukkan ke dalam anyaman daun kelapa dan dikukus sehingga matang. Ketupat paling banyak ditemui sekitar waktu Lebaran, ketika umat Islam merayakan berakhirnya bulan puasa. Ketupat juga sering dihidangkan dengan sate. Bila dihidangkan dengan tahu dan gulai menjadi kupat tahu. Selain di Indonesia, ketupat juga dijumpai di Malaysia, Singapura dan sebagainya.
Di antara beberapa kalangan di Jawa, ketupat sering digantung di atas pintu masuk rumah sebagai semacam jimat. Di Bali ketupat sering pula dipersembahkan sebagai sesajian upacara.

1. Ketupek Katan Kapau
Katupek katan yang khas Kapau, yaitu ketupat ketan berukuran kecil yang dimasak dalam santan berbumbu. Ketupat ketan adalah versi rebus dari lemang. Santannya menjadi sampai kental sekali dan merasuk ke dalam ketupat. Ketupat kentan ini bisa dimakan sebagai dessert, tetapi juga bisa dimakan dengan lauk pedas, misalnya gulai itik cabe hijau atau rendang.
2. Ketupat Glabed
Ada lagi sajian rakyat lain di Tegal yang sangat populer, yaitu Kupat Glabed. Kali ini bukan ketupat dari desa Glabed. Kupat glabed adalah ketupat yang dimakan dengan kuah kuning kental. Glabed sendiri sebenarnya berasal dari ucapan orang Tegal bila mengekspresikan kuah yang kental ini. Glabed-glabed!
Ketupatnya dipotong-potong, dibubuhi tempe goreng, dan disiram dengan kuah glabed. Tambahkan sambal bila ingin citarasa pedas. Topping-nya adalah kerupuk mi yang terbuat dari tepung singkong dan taburan bawang goreng. Sebagai lauknya, Kupat Glabed selalu didampingi dengan sate ayam atau sate kerang.

3. Ketupat Betawi (Bebanci)
Masakan paling khas dan unik yang dimiliki masyarakat Betawi adalah ketupat bebanci. Saat ini nggak ada orang yang jual ketupat bebanci. Padahal sangat unik dan enak.
Sesuai dengan namanya, ketupat bebanci adalah masakan dengan unsur utama ketupat. Ketupat ini disantap dengan kuah santan berisi daging sapi dan diberi aneka bumbu seperti kemiri, bawang merah, bawang putih, cabai, dan rempah-rempah.

4. Ketupat Blegong (tegal)
Kupat Blengong (Kupat Glabed dengan daging Blengong, Blengong=Keturunan hasil perkawinan Bebek dan Angsa)

5. Ketupat Bongko (tegal)
Kupat Bongko adalah Ketupat dengan sayur tempe yang telah diasamkan.

6. Ketupat cabuk rambak (solo).

Cabuk rambak adalah ketupat nasi yang diiris tipis-tipis, dan disiram dengan sedikit sambal wijen (dicampur kemiri dan kelapa parut yang terlebih dulu digongseng). Ada yang menyukai sambal yang sangat pedas, ada yang menyukai rasa sambal yang gurih. Rasa sambalnya memang sangat khas. Hidangan ini disajikan dengan kerupuk nasi yang disebut karak.

7 .Ketupat/lontong Sayur

Lontong Sayur. Biasanya Lontong sayur itu artinya santan kental yang gurih, tapi kalo mau sehat (baca: engga mau makan santan) dikasih soun, telur rebus dan ditaburi bawang goreng.

Filosofi Ketupat Menurut Jawa 


BERAS ternyata merupakan simbol dari NAFSU DUNIA, sedangkan JANUR merupakan kependekan dari “jatining nur” atau bisa diartikan hati nurani. Jadi ketupat itu simbol dari nafsu dunia yang bisa ditutupi oleh hati nurani. setiap manusia itu punya hawa nafsu, tetapi nafsu itu bisa dikendalikan atau dikekang oleh hati nurani.
Umumnya ketupat identik sebagai hidangan spesial lebaran, tradisi ketupat ini diperkirakan berasal dari saat Islam masuk ke tanah Jawa.

Dalam sejarah, Sunan Kalijaga adalah orang yang pertama kali memperkenalkannya pada masyarakat Jawa. Beliau membudayakan dua kali Bakda, yaitu Bakda Lebaran dan Bakda Kupat. Bakda Kupat dimulai seminggu sesudah Lebaran. Pada hari yang disebut Bakda Kupat tersebut, di tanah Jawa waktu itu hampir setiap rumah terlihat menganyam ketupat dari daun kelapa muda. Setelah sudah selesai dimasak, kupat tersebut diantarkan ke kerabat yang lebih tua, menjadi sebuah lambang kebersamaan.

Ketupat sendiri menurut para ahli memiliki beberapa arti, diantaranya adalah mencerminkan berbagai macam kesalahan manusia, dilihat dari rumitnya anyaman bungkus ketupat. Yang kedua, mencerminkan kebersihan dan kesucian hati setelah mohon ampun dari segala kesalahan, dilihat dari warna putih ketupat jika dibelah dua. Yang ketiga mencerminkan kesempurnaan, jika dilihat dari bentuk ketupat. Semua itu dihubungkan dengan kemenangan umat Muslim setelah sebulan lamanya berpuasa dan akhirnya menginjak hari yang fitri.

Bentuk persegi ketupat juga diartikan masyarakat Jawa sebagai perwujudan kiblat papat limo pancer. Ada yang memaknai kiblat papat limo pancer ini sebagai keseimbangan alam: 4 arah mata angin utama, yaitu timur, selatan, barat, dan utara. Akan tetapi semua arah ini bertumpu pada satu pusat (kiblat). Bila salah satunya hilang, keseimbangan alam akan hilang. Begitu pula hendaknya manusia, dalam kehidupannya, ke arah manapun dia pergi, hendaknya jangan pernah melupakan pancer (tujuan): Tuhan yang Maha Esa.
Kiblat papat limo pancer ini dapat juga diartikan sebagai 4 macam nafsu manusia dalam tradisi jawa: 
marah (emosi), aluamah (nafsu lapar), supiah (memiliki sesuatu yg bagus), dan mutmainah (memaksa diri). Keempat nafsu ini adalah empat hal yang kita taklukkan selama berpuasa, jadi dengan memakan Ketupat, disimbolkan bahwa kita sudah mampu melawan dan menaklukkan hal ini.
Kupat merupakan kependekan dari “ngaku lepat” atau mengakui kesalahan. Itulah mengapa setiap Hari Raya Idul Fitri selalu ada tradisi saling memaafkan. Idul Fitri atau yang biasa disebut Lebaran erat kaitannya dengan “Laku Papat” ini. Keempat tindakan itu adalah Lebaran, Luberan, Leburan, Laburan.

Lebaran, berasal dari kata “Lebar” (selesai)
Itulah mengapa Idul Fitri atau 1 Syawal biasa disebut Lebaran yang dimaksudkan telah selesai menjalani ibadah puasa Ramadhan. Istilah Lebaran hanya dikenal di Indonesia dan negara selain Indonesia tidak mengenal istilah Lebaran ini.

Luberan, berasal dari kata “Luber” (meluap/melimpah) Kata ini memberikan pesan untuk berbagi dengan sesama terutama dengan orang yang kurang beruntung, yakni sedekah secara ikhlas, seperti lubernya air dari tempatnya. Hal ini juga dapat kita jumpai pada bulan Ramadhan yakni pemberian zakat fitrah, infaq dah sedekah.

Leburan, (melebur/menghilangkan) Seiring dengan pengertian “ngaku lepat“, yakni mengakui kesalahan dan saling memohon maaf. Dalam masyarakat Jawa, permohonan maaf ini biasanya dilakukan dengan tradisi sungkeman, yakni permohonan maaf dari orang yang lebih muda kepada yang lebih tua atau dari anak kepada orang tuanya. Kalimat yang biasanya diucapkan adalah “Mugi segedo lebur ing dinten meniko” maksudnya semua kesalahan dapat dilepas dan dimaafkan pada hari tersebut.

Laburan, dari kata “Labur” atau kapur (bahan untuk memutihkan dinding)
Kebiasaan masyarakat Jawa sebelum Lebaran adalah melabur atau memutihkan dinding rumah agar terlihat bersih pada saat Lebaran. Hal ini juga memberikan pesan bahwa agar senantiasa menjaga kebersihan lahir dan batin. Jadi setelah melaksanakan Leburan (saling memaafkan) dipesankan untuk selalu menjaga sikap dan tindakan yang baik, sehingga mencerminkan budi pekerti yang baik pula.
Ketupat saat lebaran sangat nikmat jika disandingkan dengan opor ayam. Hidangan daging ayam yang dimasak dengan kuah santan ini sangat cocok jika disantap dengan ketupat. Seperti halnya ketupat yang berarti “ngaku lepat“, opor ayam yang dibuat dari santan juga punya filosofinya tersendiri. 
Santan atau santen bagi orang jawa diartikan sebagai “pangapunten” atau memaafkan. Jadi kurang lebih makna dari ketupat dan opor adalah, jika mengakui kesalahan maka maafkanlah.
Inilah mengapa pada saat Idul Fitri ada tradisi saling memaafkan. Walaupun banyak orang bilang bahwa tak perlu menunggu Lebaran untuk meminta maaf, nyatanya banyak sekali kesalahan yang belum kita mintakan maaf maupun kita maafkan sebelum datangnya hari yang fitri tersebut. Hantaran “Kupat Santen” sebagai perlambang permintaan maaf sudah seharusnya dibalas dengan melakukan hal yang sama. Artinya, selain meminta maaf, kita juga harus bersedia memberi maaf. 

Rupa (jenis-jenis) Ketupat Indonesia Ketupat atau Kupat adalah hidangan khas Asia Tenggara yang dibuat dari beras. Beras ini dimasukkan ke dalam anyaman daun kelapa dan dikukus sehingga matang. Ketupat paling banyak ditemui sekitar waktu Lebaran, ketika umat Islam merayakan berakhirnya bulan puasa. Ketupat juga sering dihidangkan dengan sate. Bila dihidangkan dengan tahu dan gulai menjadi kupat tahu. Selain di Indonesia, ketupat juga dijumpai di Malaysia, Singapura dan sebagainya.

Di antara beberapa kalangan di Jawa, ketupat sering digantung di atas pintu masuk rumah sebagai semacam jimat. Di Bali ketupat sering pula dipersembahkan sebagai sesajian upacara.

1. Ketupek Katan Kapau Katupek katan yang khas Kapau, yaitu ketupat ketan berukuran kecil yang dimasak dalam santan berbumbu. Ketupat ketan adalah versi rebus dari lemang. Santannya menjadi sampai kental sekali dan merasuk ke dalam ketupat. Ketupat kentan ini bisa dimakan sebagai dessert, tetapi juga bisa dimakan dengan lauk pedas, misalnya gulai itik cabe hijau atau rendang.


2. Ketupat Glabed Ada lagi sajian rakyat lain di Tegal yang sangat populer, yaitu Kupat Glabed. Kali ini bukan ketupat dari desa Glabed. Kupat glabed adalah ketupat yang dimakan dengan kuah kuning kental. Glabed sendiri sebenarnya berasal dari ucapan orang Tegal bila mengekspresikan kuah yang kental ini. Glabed-glabed!

Ketupatnya dipotong-potong, dibubuhi tempe goreng, dan disiram dengan kuah glabed. Tambahkan sambal bila ingin citarasa pedas. Topping-nya adalah kerupuk mi yang terbuat dari tepung singkong dan taburan bawang goreng. Sebagai lauknya, Kupat Glabed selalu didampingi dengan sate ayam atau sate kerang.

3. Ketupat Betawi (Bebanci) Masakan paling khas dan unik yang dimiliki masyarakat Betawi adalah ketupat bebanci. Saat ini nggak ada orang yang jual ketupat bebanci. Padahal sangat unik dan enak.
 Sesuai dengan namanya, ketupat bebanci adalah masakan dengan unsur utama ketupat. Ketupat ini disantap dengan kuah santan berisi daging sapi dan diberi aneka bumbu seperti kemiri, bawang merah, bawang putih, cabai, dan rempah-rempah. 

4. Ketupat Blegong (tegal) Kupat Blengong (Kupat Glabed dengan daging Blengong, Blengong=Keturunan hasil perkawinan Bebek dan Angsa)

5. Ketupat Bongko (tegal) Kupat Bongko adalah Ketupat dengan sayur tempe yang telah diasamkan. 

6. Ketupat cabuk rambak (solo). Cabuk rambak adalah ketupat nasi yang diiris tipis-tipis, dan disiram dengan sedikit sambal wijen (dicampur kemiri dan kelapa parut yang terlebih dulu digongseng). Ada yang menyukai sambal yang sangat pedas, ada yang menyukai rasa sambal yang gurih. Rasa sambalnya memang sangat khas. Hidangan ini disajikan dengan kerupuk nasi yang disebut karak. 

7 .Ketupat/lontong Sayur Lontong Sayur. Biasanya Lontong sayur itu artinya santan kental yang gurih, tapi kalo mau sehat (baca: engga mau makan santan) dikasih soun, telur rebus dan ditaburi bawang goreng.
Read More... Ketupat Menurut Filosofi Jawa

10 Filosofi Hidup (orang) Jawa

  • Urip Iku Urup
(Hidup itu Nyala, Hidup itu hendaknya memberi manfaat bagi orang lain disekitar kita, semakin besar manfaat yang bisa kita berikan tentu akan lebih baik)
  • Memayu Hayuning Bawana, Ambrasta dur Hangkara
(Manusia hidup di dunia harus mengusahakan keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan; serta memberantas sifat angkara murka, serakah dan tamak).



  • Sura Dira Jaya Jayaningrat, Lebur Dening Pangastuti
(segala sifat keras hati, picik, angkara murka, hanya bisa dikalahkan dengan sikap bijak, lembut hati dan sabar)
  • Ngluruk Tanpa Bala, Menang Tanpa Ngasorake, Sekti Tanpa Aji-Aji, Sugih Tanpa Bandha
(Berjuang tanpa perlu membawa massa; Menang tanpa merendahkan atau mempermalukan; Berwibawa tanpa mengandalkan kekuasaan, kekuatan,kekayaan atau keturunan; Kaya tanpa didasari kebendaan)
  • Datan Serik Lamun Ketaman, Datan Susah Lamun Kelangan
(Jangan gampang sakit hati manakala musibah menimpa diri; Jangan sedih manakala kehilangan sesuatu).
  • Aja Gumunan, Aja Getunan, Aja Kagetan, Aja Aleman
(Jangan mudah terheran-heran; Jangan mudah menyesal; Jangan mudah terkejut-kejut; Jangan mudah ngambeg, jangan manja).
  • Aja Ketungkul Marang Kalungguhan, Kadonyan lan Kemareman
(Janganlah terobsesi atau terkungkung oleh keinginan untuk memperoleh kedudukan, kebendaan dan kepuasan duniawi).
  • Aja Kuminter Mundak Keblinger, Aja Cidra Mundak Cilaka
(Jangan merasa paling pandai agar tidak salah arah;Jangan suka berbuat curang agar tidak celaka).
  • Aja Milik Barang Kang Melok, Aja Mangro Mundak Kendo
(Jangan tergiur oleh hal-hal yang tampak mewah, cantik, indah; Jangan berfikir mendua agar tidak kendor niat dan kendor semangat).
  • Aja Adigang, Adigung, Adiguna
(Jangan sok kuasa, sok besar, sok sakti)
Read More... 10 Filosofi Hidup (orang) Jawa

Rabu, 24 Agustus 2011

PELAJARAN DARI SEBUAH POHON




1.      Sistem pemerintahan
Metode paling mudah untuk mengevaluasi sistem pemerintahan adalah dengan membandingkannya dengan sistem di alam semesta yang sudah mapan.
Salah satu sistem organik yang mapan adalah pohon. Karena makhluk hidup yang bisa bertahan hidup bahkan selama ribuan tahun adalah pohon. Salah satunya pohon Bristlecone Pine yang telah berusia 4200 tahun. Pohon ini memang tenar karena selain dapat hidup dimana-mana juga mempunyai daya jual yang sangat tinggi dalam industri perkayuan. Semua bagian pohon cemara bisa dimanfaatkan mulai dari kayu, getah, ranting, biji hingga daunnya. (Sumber : indonesiaterkini.com/3-pohon-tertua-di-dunia-yang-masih-hidup-hingga-kini).
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, pohon secara umum memiliki tiga macam bagian, akar sebagai pondasi atau akidah (mental), batang menunjukkan aplikasi dan buah sebagai hasil atau asas kebermanfaatan. Pohon yang baik mempunyai akar yang menghujam ke tanah, batang yang menjulang ke langit dan buah-buah yang tumbuh setiap musimnya[1].
a.       Akar dari pohon yang baik berfungsi :
-          Untuk menyokong dan memperkokoh berdirinya tumbuhan di tempat hidupnya.
-          Untuk menyerap air dan garam-garam mineral (zat-zat hara) dari dalam tanah.
-          Mengangkut air dan zat-zat makanan yang sudah diserap ke tempat-tempat pada tubuh tumbuhan yang memerlukan.
(Sumber : id.wikipedia.org/wiki/Akar)
Batang dari pohon yang baik berfungsi sebagai penghubung utama antara bagian akar, sebagai pengumpul air dan mineral, dan bagian tajuk pohon (canopy), sebagai


[1] Kitab Suci Alquran (48:29)

a.       pusat pengolahan masukan energi (produksi gula dan bereproduksi). (Sumber : id.wikipedia.org/wiki/Pohon)
b.      Buah adalah hasil akhir dari sebuah pohon, yang seringkali memiliki nilai ekonomi sebagai bahan pangan atau bahan baku industri karena di dalamnya disimpan berbagai macam produk metabolisme tumbuhan, mulai dari karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, alkaloid hingga terpena dan terpenoid. (Sumber : id.wikipedia.org/wiki/Buah)
Bagaimana mengevaluasi pohon itu baik atau tidak? Ada dua metode:
a.       Metode pertama dilihat dari buahnya. Pohon yang baik pasti berbuah baik, ranum dan menyenangkan penanamnya. Adapun pohon yang tidak baik, pasti buahnya pun tidak sesuai standar, buahnya jarang-jarang (dengan perbandingan pohon sejenis dengan standar yang baik pasti berbuah baik), atau bahkan tidak berbuah. Secara logika, pohon tidak berbuah baik pasti ada sebabnya, dan kalau dirunut, bisa dari batangnya atau daunnya yang berpenyakitan, terkena bakteri, virus, jamur atau hama. Atau bahkan dari akarnya yang sudah busuk.
Sistem pemerintahan yang baik, sama seperti pohon yang baik, menghasilkan buah atau hasil yang baik, di berbagai lini kehidupan rakyatnya, paling tidak sandang, pangan dan papan dari rakyat yang tercukupi dan tidak ada kesenjangan sosial yang tinggi. Hidup rakyat yang tentram, damai dan sejahtera, bebas dari gangguan pihak luar maupun dalam. Kondisi itulah yang dinamakan berkah. Sebaliknya, bila banyak rakyat yang miskin, kelaparan, susah mendapat pekerjaan, terjadi banyak kejahatan, kesenjangan sosial dan ekonomi yang tinggi, maka kondisi tersebut dinamakan kutuk.
Sebenarnya, tidak ada satu negarapun yang mempunyai bakat untuk menjadi negara yang miskin dan terbelakang. Yang ada hanyalah negara yang salah asuhan. Cobalah perhatikan negara Singapura, yang tidak mempunyai sumber daya alam, tapi bisa berjaya karena diasuh dengan tepat. Berbeda dengan Nuswantara saat ini, meski memiliki hasil bumi dan laut yang melimpah, tetap saja tidak bisa membuat berkah bagi para rakyatnya, karena salah asuh.
Siapakah si pengasuh yang dimaksud? Merekalah para pemimpin, penyusun undang-undang, pembuat kebijakan. Yang kalau diposisikan dalam pohon, merekalah akarnya. Akar yang busuk, yang menentukan segala sesuatu bukan karena standar kebenaran dari Sang Tuan Semesta Alam, tapi dari standar perut dan bawah perutnya. Itulah akar yang busuk, mental yang sakit, yang membuat pohon Nuswantara ini tidak pernah berbuah baik.
b.      Metode kedua lebih spesifik pada struktur pohonnya.
Struktur dalam pohon merepresentasikan struktur pemerintahan. Paling dasar adalah akar, yang berfungsi sebagaimana tersebut di atas. Akar adalah pemimpin tertinggi, yang menjadi tempat bergantung bagi bagian pohon lainnya, menyerap air dan mineral sebagai sumber kehidupan. Keberadaan air sangat penting, karena tanpanya pohon bisa layu, kering dan mati. Air yang baik menyegarkan membawa mineral yang baik untuk pohon, menjadikannya tumbuh dan berkembang. Air ini adalah representasi dari sebuah ideologi, suatu inti penggerak dari setiap aktifitas manusia. Manusia bertindak berdasarkan ideologinya. Manusia komunis karena ideologinya komunis, manusia atheis karena ideologinya atheis.
Sayangnya air yang dikonsumsi oleh pohon Nuswantara sekarang ini adalah ideologi materialistis, terbukti dari tindakan-tindakannya yang lebih mengedepankan materi, yang selalu mempertimbangkan segalanya berdasarkan untung-rugi. Maka yang ada hanya manipulasi, pembohongan, pencitraan, suka bermain di belakang. Jangan tanya lagi tentang korupsi, kolusi dan nepotisme, itu sudah menjadi suguhan yang wajib bagi mereka.
Maka air yang dikonsumsi pun bukanlah air yang segar, menyejukkan, yang membuat pohon tersebut tumbuh berkembang. Tapi justru sebaliknya, air berupa racun yang bersumber dari materialisme “perut dan bawah perut”, sehingga menghasilkan buah yang kita tahu sendiri apa bentuknya. Buah busuk yang tidak bisa dimakan.
Apa yang dikonsumsi akar akan diteruskan ke batang, struktur pemerintahan yang ada di bawahnya, kemudian ke dahan, cabang, ranting dan terakhir ke daun.
Daun adalah representasi dari rakyat, sebagai tempat untuk memasak mineral-mineral yang didapatnya dan mengubahnya dengan peristiwa fotosintesa menjadi nutrisi yang bisa membuat pohon tubuh dan berkembang. Rakyat lah “dapur” nya suatu negara, karena merekalah yang menyumbangkan harta (pajak), tenaga (tenaga kerja, karyawan, buruh), untuk menggodok sumber daya alam menjadi sesuatu yang bisa menghidupi pemerintahan tersebut.
Seharusnya kalau akar tersebut baik, maka yang dialirkannya adalah air yang baik sampai ke ujung daun. Berarti kalau pemimpinnya bilang A (misal tunduk-patuh), maka sampai rakyatnyapun juga A (tunduk-patuh). Tetapi bukan itu yang terjadi, A berubah menjadi B (misal tunduk di bibir, tapi bukan dalam tindakan), C (tambah jauh lagi), D sampai Z (benar-benar mbalela). Ini juga seperti pohon berakar duren, tapi berbatang pisang dan berbuah semangka. Pohon yang mustahil ada dan menyalahi kodrat.
Atau bahkan yang terjadi, air itu mampet cuma sampai di dahan, sehingga ranting dan daun tidak kebagian jatah, lalu layu, kering dan jatuh? Samakah itu dengan penyunatan-penyunatan dana bantuan kepada rakyat kecil? Dari sisi komunikasi, putusnya perhatian berarti membiarkan rakyat berjuang sendiri mengundi nasib mereka. Pohon yang baik selalu terdapat timbal-balik antara dahan dan daun, simbiosis mutualisme, dahan mengalirkan air ke daun, daun memberikan nutrisi yang sudah digodoknya untuk tumbuh-kembang dahan. Komunikasi yang saling menguntungkan, pemimpin mengayomi dan mendidik rakyatnya, bila rakyat mengalami kesulitan, dia tahu kemana akan berkonsultasi meminta solusi, karena bila rakyat sengsara, maka penerimaan pajakpun akan berkurang. Pertanyaannya, apakah rakyat sekarang dididik oleh pemimpinnya, ataukah hanya dibiarkan? Apabila rakyat menemui kesulitan, tempat usahanya digusur, rumah terbakar, terkena bencana alam, atau bahkan persoalan sepele seperti putus cinta, kemanakah mereka meminta solusi? “Ke seutas kali mungkin lebih mudah daripada mengadu ke pejabat berdasi.”

Read More... PELAJARAN DARI SEBUAH POHON

Selasa, 23 Agustus 2011

Kerajaan Majapahit Ternyata Kerajaan Islam Sejak Awalnya ?

Kerajaan Majapahit Ternyata Kerajaan Islam Sejak Awalnya ?

Islamedia:Seorang sejarawan pernah berujar bahwa sejarah itu adalah versi atau sudut pandang orang yang membuatnya. Versi ini sangat tergantung dengan niat atau motivasi si pembuatnya. Barangkali ini pula yang terjadi dengan Majapahit, sebuah kerajaan maha besar masa lampau yang pernah ada di negara yang kini disebut Indonesia. Kekuasaannya membentang luas hingga mencakup sebagian besar negara yang kini dikenal sebagai Asia Tenggara. Namun demikian, ada sesuatu yang ‘terasa aneh’ menyangkut kerajaan yang puing-puing peninggalan kebesaran masa lalunya masih dapat ditemukan di kawasan Trowulan Mojokerto ini. Sejak memasuki Sekolah Dasar, kita sudah disuguhi pemahaman bahwa Majapahit adalah sebuah kerajaan Hindu terbesar yang pernah ada dalam sejarah masa lalu kepulauan Nusantra yang kini dkenal Indonesia. Inilah sesuatu yang terasa aneh tersebut. Pemahaman sejarah tersebut seakan melupakan beragam bukti arkeologis, sosiologis dan antropologis yang berkaitan dengan Majapahit yang jika dicerna dan dipahami secara ‘jujur’ akan mengungkapkan fakta yang mengejutkan sekaligus juga mematahkan pemahaman yang sudah berkembang selama ini dalam khazanah sejarah masyarakat Nusantara.

‘Kegelisahan’ semacam inilah yang mungkin memotivasi Tim Kajian Kesultanan Majapahit dari Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) Pengurus Daerah Muhammadiyah Yogyakarta untuk melakukan kajian ulang terhadap sejarah Majapahit. Setelah sekian lama berkutat dengan beragam fakt-data arkeologis, sosiologis dan antropolis, maka Tim kemudian menerbitkannya dalam sebuah buku awal berjudul ‘Kesultanan Majapahit, Fakta Sejarah Yang Tersembunyi’. Buku ini hingga saat ini masih diterbitkan terbatas, terutama menyongsong Muktamar Satu Abad Muhammadiyah di Yogyakarta beberapa waktu yang lalu. Sejarah Majapahit yang dikenal selama ini di kalangan masyarakat adalah sejarah yang disesuaikan untuk kepentingan penjajah (Belanda) yang ingin terus bercokol di kepulauan Nusantara. Akibatnya, sejarah masa lampau yang berkaitan dengan kawasan ini dibuat untuk kepentingan tersebut. Hal ini dapat pula dianalogikan dengan sejarah mengenai PKI. Sejarah yang berkaitan dengan partai komunis ini yang dibuat di masa Orde Baru tentu berbeda dengan sejarah PKI yang dibuat di era Orde Lama dan bahkan era reformasi saat ini. Hal ini karena berkaitan dengan kepentingan masing-masing dalam membuat sejarah tersebut. Dalam konteks Majapahit, Belanda berkepentingan untuk menguasai Nusantara yang mayoritas penduduknya adalah muslim. Untuk itu, diciptakanlah pemahaman bahwa Majapahit yang menjadi kebanggaan masyarakat Indonesia adalah kerajaan Hindu dan Islam masuk ke Nusantara belakangan dengan mendobrak tatanan yang sudah berkembang dan ada dalam masyarakat.
Apa yang diungkapkan oleh buku ini tentu memiliki bukti berupa fakta dan data yang selama ini tersembunyi atau sengaja disembunyikan. Beberapa fakta dan data yang menguatkan keyakinan bahwa kerajaan Majpahit sesungguhnya adalah kerajaan Islam atau Kesultanan Majapahit adalah sebagai berikut:
3. Pada lambang Majapahit yang berupa delapan sinar matahari terdapat beberapa tulisan Arab, yaitu shifat, asma, ma’rifat, Adam, Muhammad, Allah, tauhid dan dzat. Kata-kata yang beraksara Arab ini terdapat di antara sinar-sinar matahari yang ada pada lambang Majapahit ini. Untuk lebih mendekatkan pemahaman mengenai lambang Majapahit ini, maka dapat dilihat pada logo Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, atau dapat pula dilihat pada logo yang digunakan Muhammadiyah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Majapahit sesungguhnya adalah Kerajaan Islam atau Kesultanan Islam karena menggunakan logo resmi yang memakai simbol-simbol Islam.

1. Ditemukan atau adanya koin-koin emas Majapahit yang bertuliskan kata-kata ‘La Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah’. Koin semacam ini dapat ditemukan dalam Museum Majapahit di kawasan Trowulan Mojokerto Jawa Timur. Koin adalah alat pembayaran resmi yang berlaku di sebuah wilayah kerajaan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sangat tidak mungkin sebuah kerajaan Hindu memiliki alat pembayaran resmi berupa koin emas bertuliskan kata-kata Tauhid.
2. Pada batu nisan Syeikh Maulana Malik Ibrahim yang selama ini dikenal sebagai Wali pertama dalam sistem Wali Songo yang menyebarkan Islam di Tanah Jawa terdapat tulisan yang menyatakan bahwa beliau adalah Qadhi atau hakim agama Islam kerajaan Majapahit. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Agama Islam adalah agama resmi yang dianut oleh Majapahit karena memiliki Qadhi yang dalam sebuah kerajaan berperan sebagai hakim agama dan penasehat bidang agama bagi sebuah kesultanan atau kerajaan Islam.
4. Pendiri Majapahit, Raden Wijaya, adalah seorang muslim. Hal ini karena Raden Wijaya merupakan cucu dari Raja Sunda, Prabu Guru Dharmasiksa yang sekaligus juga ulama Islam Pasundan yang mengajarkan hidup prihatin layaknya ajaran-ajaran suf, sedangkan neneknya adalah seorang muslimah, keturunan dari penguasa Sriwijaya. Meskipun bergelar Kertarajasa Jayawardhana yang sangat bernuasa Hindu karena menggunakan bahasa Sanskerta, tetapi bukan lantas menjadi justifikasi bahwa beliau adalah seorang penganut Hindu. Bahasa Sanskerta di masa lalu lazim digunakan untuk memberi penghormatan yang tinggi kepada seseorang, apalagi seorang raja. Gelar seperti inipun hingga saat ini masih digunakan oleh para raja muslim Jawa, seperti Hamengku Buwono dan Paku Alam Yogyakarta serta Paku Buwono di Solo. Di samping itu, Gajah Mada yang menjadi Patih Majapahit yang sangat terkenal terutama karena Sumpah Palapanya ternyata adalah seorang muslim. Hal ini karena nama aslinya adalah Gaj Ahmada, seorang ulama Islam yang mengabdikan kemampuannya dengan menjadi Patih di Kerajaan Majapahit. Hanya saja, untuk lebih memudahkan penyebutan yang biasanya berlaku dalam masyarakat Jawa, maka digunakan Gajahmada saja. Dengan demikian, penulisan Gajah Mada yang benar adalah Gajahmada dan bukan ‘Gajah Mada’. Pada nisan makam Gajahmada di Mojokerto pun terdapat tulisan ‘La Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah’ yang menunjukkan bahwa Patih yang biasa dikenal masyarakat sebagai Syeikh Mada setelah pengunduran dirinya sebagai Patih Majapatih ini adalah seorang muslim.
5. Jika fakta-fakta di atas masih berkaitan dengan internal Majapahit, maka fakta-fakta berikut berhubungan dengan sejarah dunia secara global. Sebagaimana diketahui bahwa 1253 M, tentara Mongol dibawah pimpinan Hulagu Khan menyerbu Baghdad. Akibatnya, Timur Tengah berada dalam situasi yang berkecamuk dan terjebak dalam kondisi konflik yang tidak menentu. Dampak selanjutnya adalah terjadinya eksodus besar-besaran kaum muslim dari Timur Tengah, terutama para keturunan Nabi yang biasa dikenal dengan ‘Allawiyah. Kelompok ini sebagian besar menuju kawasan Nuswantara (Nusantara) yang memang dikenal memiliki tempat-tempat yang eksotis dan kaya dengan sumberdaya alam dan kemudian menetap dan beranakpinak di tempat ini. Dari keturunan pada pendatang inilah sebagian besar penguasa beragam kerajaan Nusantara berasal, tanpa terkecuali Majapahit.
Inilah beberapa bukti dari fakta dan data yang mengungkapkan bahwa sesungguhnya Majapahit adalah Kesultanan Islam yang berkuasa di sebagian besar kawasan yang kini dikenal sebagai Asia Tenggara ini. Sekali lagi terbukti bahwa sejarah itu adalah versi, tergantung untuk apa sejarah itu dibuat dan tentunya terkandung di dalamnya beragam kepentingan.
Read More... Kerajaan Majapahit Ternyata Kerajaan Islam Sejak Awalnya ?

Senin, 22 Agustus 2011

RENUNGAN

 

Ayat mutasyabihat yang berupa majaz, kisah dan perumpamaan sebenarnya untuk menggambarkan sesuatu yang abstrak yang biasanya sulit untuk dipahami dan dicerna menjadi sesuatu yang nyata. Sebagai contoh, untuk menggambarkan hukum yang penuh ketidakadilan, dipilihlah perumpamaan sebuah sarang laba-laba.<Kitab Suci Alquran (29:41)>


1.      Laba-laba membuat rumahnya bersumber dari cairan dalam perutnya yang keluar dari pantatnya. Pantat selalu dikonotasikan sebagai tempat keluarnya sesuatu yang kotor, menunjukkan bahwa hukum ketidakadilan selalu bersumber dari urusan perut (materialisme; harta, tahta, nafsu sex) yang kemudian keluar dari orang-orang yang kotor otaknya, kotor mentalnya.
2.      Sarang laba-laba dibuat bukan untuk perlindungan dirinya dan anak-anaknya, tetapi justru untuk menjerat mangsa. Hukum ketidakadilan bukan untuk melindungi, tapi untuk menjerat mangsa, mendapatkan harta benda dan kekuasaan dari hamba yang taat hukum. Maka tidak ada ceritanya, rakyat akan sejahtera di bawah naungan hukum ketidakadilan, hanya 10% dari penduduk bangsa yang notabene para penguasa negeri itu sendiri yang bisa menikmati kue kesejahteraan tersebut.
3.      Sarang laba-laba memilih mangsanya, hanya yang kecil seperti serangga, lalat, nyamuk yang bisa terjerat, tapi bila burung dara yang lewat, sarang itu akan jebol. Hukum ketidakadilan hanya berlaku untuk rakyat kecil yang tidak memiliki power dan kekuasaan, sedangkan koruptor kelas kakap, justru kebal hukum.
4.      Sarang laba-laba biasanya bergantung pada batu atau ranting kayu, jika batu atau ranting kayunya patah, maka sarang itupun ikut ambruk. Negara yang penuh ketidakadilan selalu bergantung kepada pihak asing. Lihat saja, semuanya dari ideologi, sistem pendidikan, sistem ekonomi, sistem hukum, budaya dll diimpor dari asing. Bila salah satu dari unsur asing itu runtuh, contohnya sistem ekonomi, maka negara yang penuh ketidakadilan, juga akan ikut runtuh. Contohnya, peristiwa krisis ekonomi tahun 1997.
Read More... RENUNGAN